Gambar Mewarnai Tentara
_mewarnai.webp)
Halaman unduh untuk gambar mewarnai Gambar Mewarnai Tentara. Klik tombol di atas untuk mengunduh gambar dalam format PDF berkualitas tinggi, siap untuk dicetak dan diwarnai.
Gambar Mewarnai Terkait
Dongeng Terkait dari Blog
Si Katak dan Batu Besar - Dongeng
Di sebuah kolam yang tenang, hiduplah si Katak yang dikenal oleh semua hewan sebagai katak yang penuh semangat, tapi sedikit terlalu percaya diri. Setiap hari, ia melompat ke sana kemari, berbicara tentang mimpi-mimpinya yang besar dan tak terbatas. Ia sering berkata, “Saya bisa melakukan apapun yang saya inginkan, dan tak ada yang bisa menghentikan saya!” Suatu pagi, saat burung-burung menyambut matahari, Katak melihat sebuah batu besar di tengah kolam. Batu itu sangat besar, sehingga hampir menutupi seluruh permukaan air. Katak, yang selalu percaya bahwa tidak ada yang tak bisa ia capai, memutuskan untuk melompat ke atas batu itu, dengan anggapan ia akan terlihat lebih hebat dan mungkin bisa menjadi pusat perhatian. Dengan percaya diri, ia melompat. Namun, batu itu sangat licin dan keras. Katak tergelincir dan jatuh ke dalam air dengan suara yang sangat keras, memercikkan air ke mana-mana. Semua hewan di sekitar kolam tertawa terbahak-bahak. “Aduh, Katak! Apa yang kau pikirkan?” tanya Burung Hantu, yang selalu bijak. Katak terdiam sejenak, merasa malu. Namun, ia tidak mau mengakui kekalahannya. Ia berdiri dan berkata, “Aku hanya ingin melompat lebih tinggi dari siapapun! Apa yang salah dengan itu?” Burung Hantu mengangguk pelan dan kemudian berkata dengan bijak, "Kehidupan bukan tentang seberapa tinggi...
Baca Dongeng...Lala Si Lalat yang Merasa Tidak Berguna - Dongeng
Lala si Lalat hanya ingin berteman. Tapi ke mana pun dia terbang, semua hewan bilang: “Ih! Pergi sana, jijik!” “Lalat pembawa penyakit!” “Ew! Jangan hinggap di ekorku!” Lala sedih. Dia gak pernah minta dilahirkan dengan sayap yang suka bergesek di tempat-tempat kotor. Tapi ya... dia tetap Lala. Lalat kecil yang tidak disukai siapa pun. Suatu hari, dia hinggap di daun pisang sambil menatap genangan air, berharap bisa jadi kupu-kupu. Tapi airnya malah bilang: “Yah, kamu tetap Lala. Tapi kamu boleh nangis dikit kok.” (Air itu agak puitis, maklum, mantan sungai seni). Lala akhirnya terbang jauh, berniat mengasingkan diri. Tapi di tengah hutan yang sunyi, dia bertemu Bebo si Babi Hutan. “Kamu kenapa, Lala?” “Aku jijik... semua benci aku...” “Hah, kamu lupa aku juga dulu dicap ‘kotor’... tapi lihat, aku bantu bersihkan hutan dari buah busuk dan kotoran! Itu bagian dari siklus!” Tiba-tiba dari balik batu muncul Keca si Kecoak. “Dan aku, si pengunyah sisa-sisa! Pekerja bawah tanah! Pahlawan tak terlihat!” “Keca suka ngomong di panggung sendiri,” kata Bebo pelan. Kemudian muncul makhluk kecil bersinar aneh—Kumi si Ratu Kuman Berbahaya. “Bahkan aku, yang katanya musuh semua makhluk, tetap dibutuhkan! Tanpa kami, tubuh takkan belajar bertahan. Kami bantu sistem kekebalan berkembang!” Lala...
Baca Dongeng...Sabana 2: Pertarungan Dua Singa - Dongeng
Meskipun monyet telah turun tahta dan Raja Singa kembali memimpin, usia tetap berjalan. Raja Singa semakin lemah. Langkahnya lamban, nafasnya pendek, dan taringnya mulai tumpul. Bahkan auman yang dulu menggetarkan savana kini hanya terdengar seperti gumaman berat. Di sisi lain, dari kejauhan, seekor singa muda terus memperhatikan. Ia kuat, cerdas, dan cepat. Tapi hatinya penuh keraguan. Ia adalah putra Raja Singa—ahli waris takhta sah, namun belum pernah merasa layak. Bukan karena ia tak mampu, tapi karena ia tak tega. "Bagaimana mungkin aku menantang ayahku sendiri? Ia pahlawan bagi seluruh savana," bisiknya pada dirinya sendiri, menatap kawanan yang semakin resah. Persediaan air berkurang, mangsa makin sulit ditemukan, dan kelompok singa dari wilayah sebelah mulai merambah masuk. Namun aturan di savana sangat jelas: Hanya singa terkuat yang layak memimpin. Takhta tak bisa diwariskan begitu saja. Pertarungan harus terjadi, walau hanya simbolik. Di bawah pohon baobab tua, seekor kura-kura bijak bernama Tumba mendatangi sang singa muda. "Kalau kau menunggu semua makhluk setuju dan semua rasa bersalah hilang, savana ini akan hancur duluan," ucap Tumba dengan lembut. "Ini bukan soal menggulingkan ayahmu. Ini soal menyelamatkan kawanmu, ibumu, dan seluruh kawanan dari kehancuran." Singa muda menunduk. "Tapi bagaimana kalau aku menyakitinya?" Tumba mengangguk pelan. "Seorang...
Baca Dongeng...